welcome

Welcome To My Blog
Follow me,, don't forget to put some words on my cbox on the right side. .
Enjoy & hopefully useful...

20110413

detikcom - Jakarta,
Stigma negatif muncul karena sebagian orang lebih suka mengaitkan HIV/AIDS
dengan aspek moral dibandingkan fakta ilmiah. Bahkan pemuka agama sekalipun masih banyak yang memandang kondom dan penularan HIV sebagai bagian dari perilaku seks bebas.
Pandangan ini mungkin masih relevan untuk 20 tahun lalu ketika penularan Human Imunodeficiency Viruses (HIV) paling sering terjadi melalui perilaku seks bebas dan pemakaian
narkoba suntik. Tak heran jika ketika itu banyak yg mengatakan HIV/AIDS sebagai penyakit
perilaku.
Namun untuk saat ini pola penyebaran virus ini telah berubah. Penularan melalui narkoba suntik banyak berkurang, sementara yg justru meningkat adalah penularan dari ibu hamil ke
janin melalui plasenta dan dari suami ke istri atau sebaliknya melalui hubungan seks dengan
pasangan resmi.
Bahkan cara-cara penularan yg sebelumnya tidak pernah terpikirkan, kini mulai banyak
terungkap. Misalnya melalui transfusi darah, tukar menukar alat cukur atau mesin tatto dan bahkan melalui kontak dengan darah ketika menolong korban kecelakaan.
Pengurus Komunitas Peduli AIDS Rumah Philia, Emmy Sahertian menilai fakta-fakta baru ini
seringkali dikaburkan oleh sikap para tokoh & pemuka agama yang selalu berpandangan negatif
terhadap upaya penanggulangan HIV. Salah satunya dengan menentang penggunaan kondom.
Gereja Katolik misalnya, bertahun-tahun sejak pandemi AIDS menjadi perhatian dunia, selalu
menolak kondom yang dianggap mengurangi nilai - nilai seks sebagai ekspresi cinta. Baru-baru ini saja Paus Benediktus XVI mengubah sikap tersebut, dengan memberikan toleransi penggunaan
kondom khusus untuk mencegah penularan HIV.
Sementara di Indonesia yg mayoritas penduduknya beragama Islam, penolakan muncul dari sejumlah tokoh organisasi keagamaan ketika BKKBN berencana memasang ATM kondom di sejumlah tempat umum. Kondom ditolak karena
dinilai justru akan memicu penyalahgunaan untuk seks bebas.
Akibatnya hingga tahun 2010 tingkat penggunaan kondom pada pasangan berisiko di Indonesia
sangat rendah, baru sekitar 30 persen. Padahal salah satu indikator Milenium Development Goals 6 (MDGs-6) merekomendasikan penggunaan
kondom harus mencapai 65 persen pada 2014.
Emmy yang juga aktif berkarya di RS Cikini sejak
tahun 1980-an untuk mendampingi pasien HIV/
AIDS stadium terminal (sudah tidak mungkin
diselamatkan) prihatin atas penolakan ini. Banyak
orang yang tidak berdosa akhirnya ikut tertular
gara-gara akses untuk mendapatkan kondom
dibatasi oleh stigma negatif.
"Mungkin para ulama Kristen maupun Islam yang
seperti ini terlalu banyak memikirkan surga
sehingga lupa mendarat di bumi," ungkap Emmy
dengan geram, saat ditemui di 'Rumah Philia' yang
berlokasi di Rawamangun, Jakarta Timur saat
berbincang dengan detikHealth, Rabu
(1/12/2010).
Tidak bisa dipungkiri, saat ini banyak kaum
perempuan yang tertular HIV dari suaminya sendiri
kemudian menularkannya pada anaknya saat
hamil. Padahal ibu-ibu rumah tangga ini biasanya
bukan pecandu narkoba suntik, setia pada
pasangan dan tidak tahu-menahu soal HIV/AIDS.
Entah dari mana sang suami mendapatkan penyakit
ini, istri berhak melindungi diri dari penularan virus
dengan kondom saat berhubungan seks. Ketika
ingin hamil, kondom bisa sesekali dilepas dengan
memperhitungkan masa subur dan kenaikan CD4
(cluster of differentiation 4) yang menunjukkan
tingkat kekebalan tubuh sang istri.


Sumber


Detik.com
Published with Blogger-droid v1.6.8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...